Info Terbaru 2022

Materi Perkembangan Emosi Remaja

Materi Perkembangan Emosi Remaja
Materi Perkembangan Emosi Remaja
- Sebelumnya kami sudah membagikan Materi Perkemabangan Psikis Remaja sebagai Bahan atau Referensi Konselor, Guru BP/BK, dan Mahasiswa Jurusan BK/ Sosiologi.

Kini kami lanjutkan Pembahasan untuk Materi Perkembangan Emosi Remaja mencakup pembahasan Pengertian , Ciri-Ciri, Faktor yang mempengaruhi, Memahami, Upaya pengembangan dan Implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan serta Hubungan antara tingkah laris dan Emosi Remaja.

 Kini kami lanjutkan Pembahasan untuk Materi Perkembangan Emosi Remaja mencakup pembahasan Materi Perkembangan Emosi Remaja


Perkembangan Emosi Remaja

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Masa remaja awal perkembangan emosinya memperlihatkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat besar lengan berkuasa terhadap banyak sekali insiden atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah, atau gampang murung dan murung. Sedangkan remaja final sudah bisa mengendalikan emosinyakembangan emosi yang tinggi. Hurlock (Dalam Syamsu Yusuf.2002:196) mengmukakan bahwa remaja usia 14 tahun seringkali gampang marah, gampang terangsang, dan emosinya cenderung meledak-ledak, tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja 16 tahun menyampaikan bahwa mereka tidak memiliki keprihatinan. Jadi, adanya angin kencang dan tekanan periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja.

Mencapai kematangan emosional merupakan kiprah yang sulit bagi remaja. Proses pencapainnya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif, dalam arti kondinya diwarnai oleh kekerabatan harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung sanggup mencapai kematanagn emosionalnya. Sebaliknya, apabila kurang dipersiapkan untuk memahami peran-perannya dan kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang bau tanah atau teman sebayanya, mereka cenderung akan mengalami kecemasan, tertekan, dan ketidaknyamanan emosional.

Dalam menghadapi ketidaknyamanan emosional tersebut, tidak sedikit remaja yang mereaksinya secara depensif, sebagai upaya untuk melindungi kelemahan dirinya. Reaksi itu tampil dalam tingkah laris malajusment), seperti, (1) agresif, melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, dan senang mengganggu, dan (2) melarikan diri dari kenyataan: melamun, pendiam, senang menyendiri, dan menyalahgunakan narkoba.

Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mensugesti emosi atau perasaan dan dorongan gres yang dialami sebelumnya menyerupai perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Seseorang individu dalam merespon sesuatu lebih banyak diarahkan oleh budi sehat dan pertimbangan-pertimbangan objektif. Akan tetapi pada saat-saat tertentu di dalam kehidupannya, dorongan emosional banyak campur tangan dan mensugesti pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya. Oleh lantaran itu, untuk memahami remaja, memang perlu mengetahui apa yang dilakukan dan dipikirkan. Di samping itu hal yang lebih penting untuk diketahui yaitu apa yang mereka rasakan. Makin banyak guru BK sanggup memahami dunia remaja menyerupai apa yang mereka alami, makin perlu kita melihat ke dalam kehidupan emosionalnya dan memahami perasan-perasaannya, baik perasaaan perihal dirinya sendiri maupun orang lain. Gejala-gejala emosional menyerupai marah, takut, gembira dan rasa malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan rasa putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik.

Pengertian emosi

Pengertian emosi berdasarkan Crow & Crow (Dalam Sunarto.2002:149) yaitu “An emotion is on affective experience that accompanies generalized inner adjusment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert behavior”.

Makara emosi yaitu pengalaman afektif yang disertai pembiasaan dari dalam diri individu perihal keadaan mental dari fisik dan berwujud suatu tingkah laris yang tampak.Emosi yaitu warna afektif yang besar lengan berkuasa yang dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Pada dikala terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada fisik antara lain:
  1. Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona.
  2. Peredaran darah: bertambah cepat bila marah.
  3. Denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut.
  4. Pernapasan: bernapas panjang kalau kecewa.
  5. Pupil mata: membesar bila marah.
  6. Liur: mengering kalau takut atau tegang.
  7. Bulu roma: berdiri kalau takut.
  8. Pencernaan: mencret kalu tegang.
  9. Otot: ketegangan dan ketakutan mengakibatkan otot menegang atau bergetar (tremor).
  10. Komposisi darah: akan berubah lantaran emosional yang mengakibatkan kelenjar lebih aktif.

Karakteristik perkembangan emosi

Masa remaja sering dianggap sebagai periode “badai dan topan”, yaitu suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai tanggapan dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi terutama lantaran mereka berada di bawah tekanan sosial dan mereka menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Tidak semua remaja mengalami masa angin kencang dan tekanan, namun sebagian besar mengalami ketidakstabilan emosi dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi perjuangan pembiasaan diri terhadap contoh sikap gres dan impian sosial baru.

Jenis emosi yang umum dihadapi remaja yaitu cinta, kasih sayang, gembira, amarah, takut, cemas, cemburu, sedih, danlain-lain.Emosi cinta atau kasih sayang merupakan hal penting dalam kehidupan remaja dalam kapasitasnya untuk menyayangi orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan untuk mendapatkan cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberi.

Remaja membutuhkankasih sayang dari orang tuanya. Karena 
alasan inilah maka sikap menentang mereka, menyalahkan mereka secara langsung, mengolok-olok mereka, adanya perhatian terhadap lawan jenisnya, merupakan tindakan yang kurang bijaksana. Remaja akan hidup senang apabila mendapatkan cinta dari orang lain. Kebutuhan untuk memberi dan mendapatkan cinta menjadi sangat penting walaupun kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan secara rapi. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal, dan memiliki sikap membangkang dan permusuhan yang besar, kemungkinannya disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.

Remaja akan mengalami rasa gembira apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan diterima sebagai sahabat, atau bila ia jatuh cinta cintanya menerima sambutan oleh yang dicintai.Selanjutnya, remaja akan murka apabila mereka menerima kendala yang mengakibatkan kehilangan kendali terhadap rasa marah. Rasa murka akan terus berlanjut pemunculannya apabila minat, rencana, dan tindakannya dirintangi.

Ciri-ciri emosional remaja

Ciri emosional remaja dibagi menjadi dua yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15 – 18 tahun.  Ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15 tahun yaitu sebagai berikut:
  1. Pada usia ini seorang siswa/anak cenderung banyak murung dan tidak sanggup diterka. Sebagian kemurungan sebagai tanggapan dari perubahan-perubahan biologis dalam hubungannya dengan kematangan seksual dan sebagian lantaran kebingungannya dalam menghadapi apakah ia masih sebagai belum dewasa atau sebagai seorang dewasa.
  2. Bertingkah laris kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
  3. Ledakan-ledakan kemarahan bisa terjadi tanggapan dari kombinasi ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis, dan kelelahan lantaran bekerja terlalu keras atau contoh makan yang tidak sempurna atau tidur yang tidak cukup.
  4. Remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri yang disebabkan kurangnya rasa percaya diri.
  5. Remaja mulai mengamati orang bau tanah dan guru-guru mereka secara lebih objektif dan mungkin menjadi murka apabila mereka ditipu degan gaya guru yang bersikap serba tahu.
Sedangkan ciri emosional remaja usia 15 – 18 tahu adalah:
  1. “Pemberontakan” remaja merupakan pernyataan-pernyataan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak ke dewasa.
  2. Banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tuanya. Mereka mengharapkan simpati dan nasihat orang bau tanah atau guru.
  3. Remaja usia ini sering melamun, memikirkan masa depan mereka. Banyak di antara mereka terlalu tinggi menafsir kemampuan mereka sendiri dan merasa berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan atau jabatan tertentu.

Faktor-faktor yang mensugesti perkembangan emosi remaja

Hurlock mengemukakan bahwa perkembangan emosi tegantung pada faktor kematangan dan faktor berguru (Dalam Sunarto.2002:156). Reaksi emosional yangtidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut mungkin akan muncul di kemudian hari, dengan berfungsinya sistem endoktrin. Kematangan dan berguru terjalin erat satu sama lain dalam mensugesti perkembangan emosi.

Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu rangsangan dalam jangka waktu yang lebih usang dan menjadikan emosi terarah pada suatu objek. Demikian pula kemampuan mengingat mensugesti reaksi emosional. Dengan demikian, belum dewasa menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mensugesti mereka pada usia yang lebih muda.

Metode berguru sangat menunjang perkembangan emosi remaja. Metode berguru tersebut antara lain:

  1. Belajar dengan coba-coba : Individu berguru secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk sikap yang memperlihatkan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak sikap yang memperlihatkan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memperlihatkan kepuasan.
  2. Belajar dengan cara menjiplak : Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, individu bereaksi dengan emosi danmetode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati
  3. Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification) : Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yangtelah membangkitkan emosi yang ditiru.
  4. Belajar melalui pengkondisian : Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian sanggup berhasil dengan cara asosiasi. Pengkondisian terjadi dengan gampang dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan.
  5. Pelatihan atau berguru di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada reaksi : Kepada remaja diajarkan cara bereaksi yang sanggup diterima jikalau suatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, mereka dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah biar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yan membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.

Memahami emosi remaja

Mendekati berakhirnya usia remaja, mereka mulai mengalami keadaan emosional yang lebih hening dan berguru menyembunyikan perasaannya. Hal ini berarti jikalau ingin memahami remaja, kita tidak hanya mengamati emosi-emosi yang secara terbuka ditampakkan tetapi perlu berusaha mengerti emosi yang disembunyikan.

Makara emosi yang ditunjukkan mungkin merupakan selubung. Misalnya, seorang yang merasa ketakutan tetapi memperlihatkan kemarahan, dan seorang yang hatinya terluka malah tertawa.Semua remaja, semenjak masa kanak-kanak telah
mengetahui rasa marah, lantaran tidak ada seorang pun yang hidup tanpa penuh marah.Remaja perlu diajarkan bahwa tidak hanya menyembunyikan kemarahan mereka tetapi perlu takut terhadap rasa murka dan merasa bersalah apabila marah. Remaja juga telah mengalami bagaimana rasa dicintai dan mencintai, tetapi banyak di antara mereka telah mengetahui bagaimana menyembunyikan perasaan tersebut.

Hubungan antara emosi dan tingkah laku

Rasa takut atau murka sanggup mengakibatkan seseorang gemetar. Dalam ketakutan, lisan menjadi kering, cepatnya jantung berdetak dan berdenyut, derasnya lairan darah, sistem pencernaan mungkin berubah selama munculnya emosi.

Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak lezat atau tertekan menghambat pencernaan. Di antara rangsangan yang meningkatkan acara kelenjar sekresi dari getah lambung yaitu ketakutan-ketakutan yang krinis, kegembiraan yang berlebihan, kecemasan, dan kekuatiran.

Semua ini mengakibatkan menurunnya acara sistem pencernaan dan kadang kala mengakibatkan sembelit. Salah satu cara penyembuhan yang efektif yaitu menghilangkan penyebab dari ketegangan emosi.

Keadaan emosi kesehatan yang normal sangat bermanfaat bagi kesehatan, oleh lantaran itu kegembiraan yang berlebihan, kecemasan, dan ketakutan hendaknya dihindari. Gangguan emosi juga sanggup mengakibatkan kesulitan berbicara. Ketegangan emosional yang cukup usang mungkin mengakibatkan seseorang gagap. Seorang gagap seringkali sanggup normal dalam berbicara, apabila mereka dalam keadaan rileks atau senang. Bila remaja dihadapkan pada situasi yang mengakibatkan ia bingung, sanggup terjadi mereka gundah dan memperlihatkan ketidaknormalan berbicara.

Selanjutnya, sikap takut dan aib atau berangasan sanggup merupakan tanggapan dari ketegangan emosi atau putus asa dan sanggup muncul dengan hadirnya individu tertentu atau situasi tertentu. Misalnya, seorang siswa yang tidak senang kepada gurunya bukan lantaran pribadi guru, namun bisa disebabkan sesuatu yang terjadi pada anak sehubungan dengan situasi kelas. Jika ia merasa aib lantaran gagal dalam menghafal pelajaran di muka kelas, pada kesempatan lain ia mungkin takut untuk berpartisipasi dalam acara menghafal. Akibatnya ia mungkin tetapkan untuk membolos, melarikan diri dari gurunya, orang tuanya, atau otoritas lain. Penderitaan emosional dan putus asa mensugesti efektifitas belajar. Seorang siswa akan berguru lebih baik bila termotivasi, lantaran ia merasa perlu belajar.

Perbedaan individu dalam perkembangan emosi

Seiring meningkatnya usia, individu akan lebih lunak dalam mengekspresikan emosi lantaran mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu yang menyenangkan. Selain itukarena mereka mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih usang dari pada jikalau emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh lantaran itu ekspresi emosional mereka menjadi lebih berbeda-beda.

Perbedaan ittu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik dan taraf kemampuan intelektualnya, serta kondisi lingkungan. Remaja yang sehat cenderung kurang emosional dibanding dengan yang kurang sehat. Ketika bereaksi dalam kelompok, remaja yang bakir akan bereaksi lebih emosional terhadap rangsangan  dibandingkan dengan remaja yang kurang pandai.

Upaya pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan

Dalam kaitannya dengan emosi remaja awal yang cenderung banyak bengong dan sulit diterka, maka satu-satunya hal yang sanggup dilakukan oleh guru yaitu konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa menyerupai orang remaja yang penuh tanggung jawab. Guru-guru sanggup membantu mereka yang bertingkah laris kasar dengan jalan mencapai keberhasilan dalam kiprah sekolah sehingga mereka menjadi anak yang lebih hening dan lebih gampang ditangani.

Salah satu cara yang fundamental yaitu dengan mendorong mereka untuk bersaing dengan diri sendiri. Siswa sekolah menengah atas banyak mengisi pikirannya dengan hal-hal yang lain dari pada tugas-tugas sekolah. Misalnya s3ks dan konflik dengan orang tua. Makara diharapkan pengendalian lingkungan untuk pembinaan contoh emosi positif dan menghilangkan emosi negatif.

Demikianlah kiranya mengembangkan Informasi mengenai Materi Perkembangan Emosi Remaja secara Lengkap mencakup pembahasan Pengertian , Ciri-Ciri, Faktor yang mempengaruhi, Memahami, Upaya pengembangan dan Implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan serta Hubungan antara tingkah laris dan Emosi Remaja.
Advertisement

Iklan Sidebar